Sahur.,, sahur.,,
Sahur.,.,,sahur.,.,,
Monggo enggal-enggal ndang sahur, sak
meniko sampun jam tigo.,.,
Sambil mengerjap ngerjap, ku berusaha
membuka mataku. Hingga beberapa detik kemudian akhirnya mataku terbuka juga, meski
agak berat dengan rasa kantuk yang belum sirna. ku gelengkan kepala, lalu Ku lirik
jam tanganku. “sudah jam tiga pagi ni, waktunya sahur” batinku.
Di akhir sepertiga malam, ku paksakan
diriku tuk berdiri melawan rasa kantuk yang menyerangku. Dengan tertatih-tatih
ku langkahkan kakiku menuju kamar mandi walau agak sedikit berat. Ku ambil air
wudhu agar rasa kantukku hilang.
Setelah itu, ku kembali ke kamar mengambil
piring. Untuk mengambil jatah sahurku, aKu harus berjalan 100 meter agar sampai
di dapur umum. Dengan rasa kantukku yang belum sepenuhnya hilang, rasa malas yang
sedari tadi telah menggempurku habis-habisan. Ditambah lagi dinginnya malam
yang masuk sampai ke tulang-tulang. dengan ucapan basmalah, sekuat tenaga aku
berusaha tuk melawan semua itu, aku korbankan jatah tidurku malam itu. Mengingat
segala sesuatu itu butuh usaha dan perngorbanan.
Meskipun hanya sepiring nasi dan beberapa ikan
lauk pauk. Tapi, ini begitu berarti
bagiku. Menjadi kekuatanku agar aku bisa menjalankan ibadah serta mencari ridho
sang Ilahi di bulan Ramadhan ini.
0 komentar:
Posting Komentar