Suasana
pagi hari ini beitu cerah. Sisa-sisa embun malam masih terlihat di atas
dedaunan. Cahaya mentari bersinar melesat dengan cepat ke arah bumi menerobos
celah-celah dedaunan. Tanda bagi induk burung-burung untuk bergegas terbang
menjauhi rumah, meninggalkan si buah hati untuk mencari sesuap makanan bagi
keluarga untuk bertahan dalam menjalani kehidupan ini.
Tepat
pada hari sabtu, 19 januari 2013. Ratusan mahasiswa INKAFA memadati ruangan
untuk mengikuti STUDIUM GENERAL bersama Dr. Muhammad Zain (Kasubdit
Pengembangan Akademik DIKTIS Sirjen Pendis KEMENAG RI) sekaligus dalam rangka
Pembukaan Perkuliahan Semester Genap Tahun Akademik 2012-2013 yang diadakan
oleh pihak rektorat dan BEM _I. Dalam acara tersebut juga hadir beberapa
Rektorat, Dekanan, Kajur, serta bapak-bapak Dosen yang telah mengajar di
INKAFA.
Tepat
hari itu juga, berarti aku sudah semester 6. Tinggal 2 tahun lagi aku sudah
wisuda. Entah mengapa waktu begitu cepat berlalu atau memang aku yang nggak
merasakan waktu itu. Padahal kurasa baru kemarin aku masuk perkuliahan. Tapi
entah, sekarang aku sudah semester 6. Yang jelas, ada tanda pertanyaan besar
dalam benakku. Apa sudah aku dapatkan selama ini? Sudah siapkah diriku untuk
menyandang gelar sarjana? Sudah siapkah diriku untuk mengabdi pada masyarakat
nanti? Sebuah pertanyaan yang terus mengganggu pikiranku.
Rasa
antusias dan gemuruh para audiens tatkala bapak Dr. Muhammad Zain mengulas
tentang jati dirinya pada masa lalu disertai dengan guyonan khas asli orang
sumatera. Tak luput beberapa materi tentang “Masa Depan PTAIS (Perguruan Tinggi
Agama Islam)” juga beliau uraiakan.
“Orang
Tuaku seorang petani yang tak lulus dari SD. Saya dilahirkan dari orang biasa,
dan hidupku pun dijalani dengan cara yang biasa pula. Tapi, saya melakukannya
dengan cara yang tak biasa sehingga menjadi luar biasa” kata beliau saat
mengulas tentang masa lalu.
Disamping
itu, bapak Dr. Muhammad Zain juga memberikan motivasi kepada para
mahaiswa-mahasiswi untuk terus belajar. “Dengan pendidikan dari orang biasa
menjadi orang yang terhormat. Dengan pendidikan bisa mengetaskan dari
kemiskinan. Dari pendidikan kita bisa merubah kehidupan kita.” Itulah pesan
yang disampaikan oelh beliau yang terispirasi dari kemiskina keluarga beliau
ketika dulu.
“Nasib
seseorang bisa diramal hanya dengan 2 faktor yaitu 1. Siapa teman-teman anda?
2. Buku apa yang anda baca sekarang?”
“Dibalik
kesulitan hidup, dibalik kehempitan hidup, dibalik kepahitan hidup,
sesungguhnya Allah telah menyiapkan kebahagiaan untuk kita semua.”
Dan
juga ada beberapa hal yang disampaikan beliau khusus buat para
mahasiswa-mahaiswi. “ketika mengerjakan makalah, skripsi, ataupun tugas yang
lain, janganlah para mahasiswa menyontek atau copy paste. Karena ketika
mahasiswa tersebut menjadi pejabat, maka dia akan koruspi. Jadi, orang korupsi
dulunya suka menyontek.”
Seorang
mahasiswa juga harus bisa menggunakan komunikasi yang baik. Karena permasalahan
atau konflik yang terjadi di mananpun dikarenakan kurang adanya miskomunikasi.
Sehingga ketika terjun ke masyarakat nanti seorang mahasiswa harus bisa
menggunakan komunikasi yang baik. Di dalam al-qur’an banyak disinggung tentang
komunikasi. Qoulan karima, qoulan bariroh, qoulan layyinah, qoulan syadida.
Dan seorang
mahasiswa harus mempunyai 3 hal ini. Yaitu 1. Seorang mahasiswa harus bisa
kecakapan history atau pintar dalam bercerita. 2. Bermntalitas explore atau
jiwa-jiwa petualang. 3. Tidak puas terhadap apa yang sudah diperoleh.
Dan terkahir beliau juga menyampaikan bahwa PTAIS bisa
menyaingi atau menggungguli PTAIN tergantung kompopnen-komponennya. Jika komponen-komponen
dalam dalam lembaga tersebut baik atau sesuai dengan yang diharapkan maka
lembaga tersebut bisa menyaingi lembaga yang lain.
0 komentar:
Posting Komentar